Benteng Barneveld - Wisata Sejarah Pulau Bacan (Halmahera Selatan)

Benteng Barneveld - Wisata Sejarah Pulau Bacan (Halmahera Selatan)

Benteng Barneveld adalah peninggalan Portugis dan Belanda yang berada di Jalan Benteng Barneveld, Amasing Kota. Dari atas benteng ini, Anda dapat melihat pantai dan perkampungan penduduk serta keindahan panorama lainnya. Selain itu, di benteng ini kita juga bisa melihat meriam berusia ratusan tahun. Benteng Barneveld adalah salah satu wisata sejarah di Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara

Sejarah

Pada tahun 1558 bangsa Portugis datang dan bermukim di Labuha, mereka mendirikan sebuah benteng kecil. Tidak lama benteng ini dibangun, bangsa Spanyol datang berdagang di benteng ini yang kemudian harinya benteng ini justru direbut oleh Spanyol dari Portugis. Tahun 1609 Laksamana Muda Simon Hoen bersama dengan Sultan Ternate menuntut Spanyol agar benteng ini diserahkan kepada mereka. Benteng ini pun segera diserahkan oleh Spanyol. Kemudian benteng ini direnovasi dan diperkuat atas gagasan Hoen, Louis Schot dan Jan Dirkjzoon. Empat bastion kemudian dibangun dan benteng ini dinamai dengan nama Barnaveld.

Ketika dikuasai Belanda pada tahun 1609, benteng ini dipugar dengan kapur dan batu. Di tengah-tengah benteng dibangun sebuah rumah yang kokoh dengan atap dari rumput kering dan ruangan bawah tanah dengan dinding setebal satu kaki. Di sekitar benteng ditemukan batu prasasti besar dengan tulisan Latin dan di bagian kanan batu prasasti tersebut terdapat tanda keluarga Pieter Both, Gubernur Jenderal pertama VOC. Benteng berbentuk segi empat dilengkapi dengan tembok pertahanan yang rendah. Pada tembok pertahanan ini ditempatkan masing-masing sebuah bastion lengkap dengan meriam. Pintu gerbang utama dibangun berbentuk melengkung, menghadap ke arah Sungai Amasing yang konon menjadi pintu masuk ke Teluk Labuha yang menghadap ke Selat Bacan.

Benteng Barneveld - Wisata Sejarah Pulau Bacan (Halmahera Selatan)
Fort Oldebarneveld te Batjan, Molukken
Benteng ini pernah diperluas dan dilengkapi dengan sebuah sumur dan sebuah tangga dari batu. Kemudian di dalamnya terdapat bangunan-bangunan kolonial lain sebagai pendukung aktivitas dalam benteng tersebut.

Pada waktu ditinggalkan oleh Belanda, benteng ini tidak terurus dan sempat diselimuti oleh semak belukar serta beberapa pohon beringin besar. Namun, saat ini pemerintah daerah setempat telah menata kembali Benteng ini dengan baik.

Share this:

Related Posts
Disqus Comments